Bara Ketika Hujan
Original created by Noona Luna (kucingselam)
Ini kisah tentangku. Namaku Nara, siang itu hujan mengguyur sekolahku dengan bergalon-galon air ketika dengan malas harus kudengarkan celotehan temanku yang sedang mempresentasikan tugasnya. Aku menengok jendela di sampingku dan kulihat di luar sana seorang siswa sedang mendribel bola basketnya, sesekali dilemparkannya bola itu ke dalam ring. Aku berpaling dan menanyakan apakah Cia, teman sebangkuku mengetahui siapa anak itu. Tapi Cia hanya menaikkan kedua bahunya dan berkata bahwa tak mungkin ada anak yang diperbolehkan main basket di tengah hujan seperti sekarang.
Aku beranjak dan meminta izin ke toilet. Setelah keluar dari kelas, aku segera membuka payung yang tadi kugenggam. Aku berlari bukan menuju toilet melainkan menuju lapangan. Dibawah ring, kudapati anak itu terduduk sambil memegang bolanya, menengok ke arahku dan tersenyum. Aku yang penasaran berjalan menghampirinya.
Ternyata dia bernama Bara, kakak kelasku karena dia kelas3 dan aku kelas2. Meskipun bibirnya mulai membiru karena kedinginan, tapi wajahnya yang tampan masih mampu memikatku untuk terduduk disampingnya dan mengobrol hingga bel tanda pulang berbunyi. Waktunya pulang, aku pamit padanya, kembali ke kelas, mengambil tasku, dan pulang karena tak melihat sosoknya lagi.
Dua bulan terakhir ini memang sedang musim hujan, hujan biasanya turun sekitar jam satu siang atau setelah istirahat kedua. Pada jam-jam itu pulalah aku sering meminta izin keluar kelas dengan berbagai alasan agar dapat bertemu dengan Bara. Aku ini bukan tipe orang yang mudah percaya pada seseorang, tapi entah mengapa sejak pertama kali mengenal Bara, aku telah mempercayainya untuk mendengarkan curhatan-curhatanku. Hari kedua saja aku bercerita tentang kejadian dua hari yang lalu waktu aku memergoki pacarku jalan sama cewek lain. Lalu hari ketiga, aku memberi tahunya bahwa aku sudah menuruti sarannya untuk memutuskan pacarku. Hari keempat, aku bercerita padanya tentang Satria yang ngajak balikan, tak lupa soal bunga yang aku temukan dilaci mejaku. Setelah mendengar curhatanku Bara biasanya memberi masukan atau hanya tersenyum. Tapi tak jarang dia membuatku tertawa dengan cerita-ceritanya yang konyol atau candaan-candaanya.
Siang ini, hujan tak kunjung turun. Kutengok keluar jendela dan tak kudapati Bara di sana. Cia yang melihat kegalauanku menanyakan siapa gerangan yang sedang aku cari, pertanyaannya tak berhenti disitu. Dia juga menanyakan alasan mengapa selama seminggu ini aku selalu menghilang setiap jam pelajaran ke7,8,dan 9 lalu baru kembali saat bel pulang berbunyi.
Sepertinya Cia penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi denganku, maka aku ceritakan sesuatu yang selalu membuatku bahagia itu. Dengan penuh semangat, aku ceritakan padanya tentang Bara dan apa telah terjadi selama seminggu ini. Cia terlihat heran ketika mendengar ceritaku. Tak henti-hentinya dia mengerutkan dahi dan mengucapkan umpatan “aneh” pada sosok Bara yang aku ceritakan, terlebih lagi ketika aku memberitahunya bahwa sulit sekali menemukannya dengan sengaja.
Kini Cia mulai memberikan berjuta nasihat penuh pengertian untuk melarangku meninggalkan kelas ketika jam pelajaran hanya untuk bertemu dengan Bara. Aku hanya tersenyum pada Cia, kemudian menoleh ke jendela, berharap Bara berada di lapangan. Ternyata, hingga sekolah usai, hujan tak juga turun dan rintik-rintik hujan baru membasahi ketika larut. Berarti akhir minggu ini aku tak bertemu Bara.
Saat masuk sekolah kembali, semua mata menatapku ngeri. Kutangkap beberapa kata dari mulut mereka mengenai Bara. Bahkan ada siswa yang menyusulku sambil berkata bahwa aku hanya sedang berkhayal dan Bara itu tak ada.
Aku memasuki kelas dan Cia pun segera mendekat. Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Cia mulai bercerita. Katanya Bara itu tadinya memang siswa di sini, tapi itu lima tahun yang lalu. Bara adalah seorang kapten basket yang ganteng banget sama kayak yang Nara bilang. Suatu hari Bara gak sengaja mergokin pacarnya selingkuh. Tentu aja Bara mutusin cewek itu tanpa basa-basi. Waktu itu sedang musim hujan kayak sekarang, Bara yang lagi patah hati, setelah jam istirahat kedua gak pernah balik lagi ke kelasnya. Dia nerusin latihan basketnya meskipun hujan lagi turun dengan deras. Ternyata karena hujan atau apalah, ring basket geser itu jatuh tepat menimpa kepalanya Bara dan dia gak selamat.
Aku terbelalak mendengar cerita Cia. Tapi kenapa Bara nyata untukku? Dia pernah ngusap air mata di pipiku. Bahkan bukan sekali aku bersandar di bahunya.
Siang ini hujan kembali lebat. Aku tak kembali ke kelas setelah istirahat kedua. Aku menunggu Bara di pinggir lapangan basket. Tiba-tiba Bara muncul dan menyapaku dengan nada yang terdengar pilu, tak seperti biasanya. Aku tersentak kaget. Lalu aku menengok dan menatap Bara penuh arti. Payungku terlepas dari tanganku ketika kumelihat darah segar mulai mengucur dari sela-sela rambutnya yang basah kemudian melewati pelipis, pipi, dan dagunya. Aku segera menanyakan apa yang terjadi padanya. Tapi dia berkata bahwa aku sudah tahu apa yang terjadi padanya dari temanku. Aku menceritakan semua yang Cia ceritakan dan Bara mengiyakan semuanya. Keheninganpun tercipta diantara kami, dengan lembut dia mulai bersuara, ternyata dia mengungkit janjinya bahwa apapun yang terjadi, dia takkan meninggalkanku. Dari mataku, dia tahu bahwa aku bingung. Lalu dia segera menanyakan bagaimana jawabanku soal permintaannya waktu itu. Jelaslah alasannya, mengapa Bara begitu kesepian dan memintaku untuk menemaninya. Tiba-tiba dari ujung lapangan terdengar suara Satria, dia melarangku berada di dekat Bara. Kulihat Bara menjauh, menuju tempatnya mati dulu, dan darah masih mengucur dari kepalanya. Duniaku dan dunia Bara berbeda, tapi aku mulai mencintainya. Lama-lama suara Satria terdengar semakin samar. Perlahan aku berjalan kearah Bara, menangis, tak mau kehilangan Bara, aku segera menyambut tangan yang dia ulurkan padaku. Hari itu 14Februari dan aku pergi bersamanya berhiaskan senyum termanisku meski di bawah hujan deras.
-selesai-
Original created by Noona Luna (kucingselam)