Selasa

Rintik Banyu (cerita bersambung: Sebelum Dimulai - part1)

Sebelum Dimulai
Original created by Noona Luna (kucingselam) 

“Rin..” suara Mama tiba-tiba terdengar begitu jelas.
“Mama..” sahutku sambil membuka mata.
“Kok kamu nangis, Rin?” tanya Mama.
“Enggak apa-apa kok, cuma.. kayaknya barusan aku mimpi sedih banget, Ma.. untung cuma mimpi..” jawabku sambil mengusap pipiku yang ternyata benar-benar basah oleh air mataku.
“Ya udah, cepet bangun gih. Minum dulu terus angkat telponnya tuh.”
“Emangnya ada telepon dari siapa, Ma?”
“Bintang...”
“Alhamdulillah...” gumamku, seraya menuju telpon yang tergeletak.
“Minum dulu, Rin!” Mama mengingatkan.
“Iya, nanti Ma.” Jawabku sambil mengangkat telepon. “Halo?” kataku kepada orang di ujung sana sambil menempelkan telepon tersebut ke telingaku.
“Assalamualaikum, Rin?”
“Iya, waalaikumsalam.”
“Maaf masih siang gini Bintang udah nelpon kamu?”
“Gak apa-apa kok, Nyu.” Jawabku sambil tersenyum, tak sepenuhnya hatiku merasa senang mendengar suaranya. Ada ketakutan yang berlebihan menghantui pikiranku. Aku takut mendengar kata-kata Bintang selanjutnya yang mungkin saja berisi permohonan maafnya karena dia tidak jadi kerumahku nanti malam. “Ada apa, Nyu?” lanjutku pelan-pelan.
“Enggak ada apa-apa sih..” jawab Bintang. “Cuma...”
“Iya... Cuma apa?” tanyaku dengan jantung yang berdegup kencang, tak tenang.
“Hmmm... gimana ya ngomongnya?” ucap Bintang. Dan kalimatnya yang dari tadi belum selesai itu semakin membuat hatiku gamang.
“Kenapa? Emangnya ada apa?” tanyaku penasaran. “Hmmm...  kamu gak jadi dateng nanti malem?” lanjutku dengan hati yang mulai meretak dan air mata yang mulai menggenang.
“Eeeh...” jawabnya terutus.”Yah...”
“Nuut-nuut-nuut...” dan tiba-tiba terputus.
“Kok mati sih?” gumamku putus asa. Kupandangi gagang telepon di genggamanku untuk beberapa saat kemudian aku taruh kembali ke tempatnya.
“Rin, latihan gitar jam berapa?” tanya Mama setelah gagang telepon kembali pada tempatnya.
“Jam tiga.” Jawabku lesu sambil memalingkan tatapanku dari telepon menuju ke jam dinding diseberang ruangan.
Sekarang jam masih menunjukkan pukul dua siang. Aku segera menuju ruang makan untuk selanjutnya makan siang sendirian karena yang lainnya sudah makan tadi ketika aku tidur. Lalu setelah selesai makan aku menuju kamarku, memangku gitar, memetik-metiknya dengan sendu, dan menyenandungkan beberapa kalimat yang kemudian menginspirasiku untuk merekamnya dan menuliskannya sebagai salah satu lagu baruku.
“Hmm...segini aja dulu deh..” gumamku, sambil munutup bolpen dengan tutupnya yang dari tadi kuapit dengan ujung bibir. Rasa yang aneh, begitu menyesakkan dada, ditambah lagi prasangka yang mulai merasuki pikiranku. Aku segera menyelipkan lirik lagu tadi disela-sela buku lagu-lagu khusus ciptaanku kemudian aku segera menyambar map bening yang berisi partitur lagu-lagu untuk gitar klasik yang harus aku bawa ke tempat latihan gitar sore ini.
Untuk hari ini aku memutuskan untuk pergi naik angkot. Sekali-kali aku ingin merasakan lagi kemacetan kota dari dalam angkutan umum. Ada sesuatu yang menarik rasanya,  meskipun dengan naik angkot itu berarti aku tak bisa mengatur waktu kedatanganku karena angkot sulit sekali diprediksi waktu perjalanannya.
-to be continued-
Original created by Noona Luna (kucingselam)