Sabtu

Rintik Banyu (cerita bersambung: Kamu Selalu Kutunggu - part2)

Original created by Noona Luna (kucingselam)

Sesampainya di sekolah, aku memarkir motorku diantara motor-motor lainnya yang telah terparkir dengan baik. Sekejap aku tatap lapangan parkir, mencari sosok motor yang begitu aku kenali yaitu motor yang pemiliknya begitu aku kagumi, ternyata motornya belum terparkir diantara motor-motor itu. Kemudian aku menuju kelasku, kelas XII IPA 3.
Keadaan kelas dipagi ini seperti biasa, penuh kesibukan menyalin pr-pr yang belum dikerjakan.
“Rin, kamu pr fisika udah belum?” tanya Sasa.
“Hee.. udah sih, tapi gak yakin.”
“Gak apa-apa. Boleh liat kan?”
“Iya.. nih.. sok aja...” jawabku sambil memberikan buku latihan fisika yang baru saja aku keluarkan dari dalam ranselku.
Aku menengok, mengamati seisi ruangan, seraya mencari sosok Bintang yang belum juga aku temukan. Ternyata dia memang belum datang. Kemana ya dia? Padahal lima menit lagi bel tanda masuk sekolah akan segera berbunyi.
“Bin, Fisika enggeus?” tiba-tiba terdengar suara Hafis dari ujung ruangan beberapa saat kemudian.
Aku menengok kearah sumber suara dan aku dapati sosok Bintang yang tengah menaruh tasnya diatas meja dan dengan buru-buru dikeluarkannya buku latihan fisika dari tas yang baru saja dia taruh.
“Dasar.. pasti belum ngerjain pr!” gumamku sambil tersenyum melihat tingkahnya yang begitu terburu-buru.
Tak lama kemudian bel pertanda masuk sekolah berbunyi. Pensil di tangan Bintang masih meliuk-liuk di atas kertas dengan cepat. Dan keadaan itu terhenti, tepat ketika guru fisika kami tercinta memasuki ruangan XII IPA 3.
Setelah berdoa, kami memulai pelajaran dengan baik sampai tiba saatnya pergantian pelajaran, lalu istirahat. Tak banyak yang dapat aku lakukan ketika waktu istirahat. Paling hanya mundar-mandir di dalam kelas atau pergi ke kantin yang sesak dengan murid-murid yang berdesakan didepan warung-warung. Maklumlah, kantin sekolah kami ini memang sempit sekali tak luas dan leluasa seperti kantin-kantin sekolah yang mewah yang sering aku lihat difilm-film. Selain itu, faktor lain yang sering membuat aku malas pergi ke kantin diwaktu istirahat pertama adalah waktunya yang begitu sempit, yaitu hanya 15 menit saja. Mengantrinya saja lama, belum waktu yang dibutuhkan untuk membuat makanan yang dipesan, lalu menunggu kembalian. Ahh.. menyiksa sekali! Lebih baik menunggu di kelas saja. Atau jajannya nanti waktu istirahat kedua yang waktunya lebih panjang. Tapikan hari ini hari Jumat, jadi aku memutuskan untuk mengobrol di dalam kelas dengan teman sebangkuku, Cherry.
***
Bel pertanda pulang sekolah telah berbunyi. Hari ini di sekolah seperti sebelum-sebelumnya tak pernah terucap kata walau sepatahpun dari mulutku untuk Bintang, begitupun sebaliknya. Kami hanya beberapa kali bertemu pandang disela-sela pelajaran.
Hari ini aku pulang tanpa ada kejadian langka seperti kemarin dan aku juga tak melihat Bintang meninggalkan sekolah. Tampaknya dia baru akan pulang nanti setelah Jumatan berakhir. Baguslah, karena rumahnya yang jauh tak akan memungkinkan bagi Bintang untuk melaksanakan Jumatan di masjid dekat rumahnya.
Dengan enggan, aku ambil HP dari dalam ranselku kemudian aku bulatkan tekad untuk menuliskan beberapa kalimat untuk kemudian aku kirimkan kepada Bintang.
To : Bintang
Medh siang Bintang?
Mw Jumatan dckuL,iia?
Atw dmasjid dpn ckuLaa?
Hmmpf.. Rintik puLng dLuan iia?!
Btw, bsk jd kn?
Ywdh, c u..!
RepLy
Kemudian tak lama berselang aku terima laporan terkirim. Lalu aku segera memasukkan kembali Hpku kedalam ransel dan bergegas mengendarai motorku, pulang.
Sesampainya di rumah aku menemukan ayah yang tengah bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Selepas ayah berangkat dan aku mengunci pintu, aku segera menuju kamarku, mengganti baju, dan mengambil Hp dari dalam tasku kemudian melongoknya. Ternyata tak ada satupun pesan untukku.
Ada sedikit gurat kecewa yang terlukis dihatiku, tapi ahh... itu hal biasa. Bintang memang tak pernah lagi membalas smsku sejak setahun yang lalu setelah dia mengetahui perasaanku padanya. Jadi bagiku adalah hal biasa untuk mengubur dalam-dalam semua perasaan kecewa yang membuncah.
Dan aku menunggu di rumah dalam sepi sampai ayah kembali dari masjid dan mengajakku makan di luar karena mama belum pulang dari kampus. Dan karena tak ada yang bisa dimasak di rumah. Lebih tepatnya, karena terlalu terlambat untukku menanak nasi sekarang.
-to be continued-
Original created by Noona Luna (kucingselam)