Jumat

Rintik Banyu (cerita bersambung: Sebelum Dimulai - part2)

Original created by Noona Luna (kucingselam)

Waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Latihan gitar pun selesai. Setelah berpamitan dengan pembimbing dan teman-teman yang lain, aku segera menuju ke halaman depan dan memutuskan untuk langsung pulang. Tapi tiba-tiba hpku berbunyi pertanda ada telepon yang masuk, aku segera meraih hp yang berada di bagian depan tasku dan mengangkatnya.
“Halo?”
“Rin..?”
“Iya, ini siapa iya?” tanyaku bingung karena nomor yang menghubungiku ini sama sekali tak kukenal.
“Ini Bintang, Rin. Maaf iya, tadi siang tiba-tiba putus soalnya habis pulsa...”
“Oh, Bintang. Kirain siapa? Soalnya nomornya gak kenal sih!”
“Rin gini, tadi siang tuh aku mau bilang...”
“...”aku diam dan hanya mendengarkan. Jantungku berdebar begitu kencang! Apakah gerangan yang hendak Bintang sampaikan padaku? Kabar baikkah? Atau justru sebaliknya? Oh, aku tak kuat menahan guncangan yang menyesakkan ini! Lalu aku berusaha menguatkan hati untuk mendengarkan kata-kata selanjutnya yang hendak ia ucapkan.
“Hmm.. ya udahlah. Kamu tunggu aja di sana iya?”
“Loh? Bintang, aku sekarang lagi gak ada di rumah!”
“Iya, Bintang tahu soalnya aku sekarang baru aja keluar dari halaman rumahmu.”
“Hah?” pekikku kaget, aku kira dia mau bilang kalau dia gak bisa ketemu sama aku hari ini.
“Ya udah, pokoknya kamu tunggu aja disitu sampai aku dateng, bentar lagi aku nyampe kok!”
“Emangnya kamu tahu tempatnya?”
“Tahu. Pokoknya tunggu aku iya, Rin?”
“Ok.” Jawabku sambil senyum-senyum sendiri seraya memandangi jalanan yang dipenuhi kendaraan.
***
“Rin!” tiba-tiba aku dengar suara yang terdengar familiar di telingaku.
“Ehh..” aku berbalik menghadap ketempat sumber suara tadi berasal.
“Baru selesai latihannya?”
“Enggak. Udah dari tadi sih.”
“Kok belum pulang? Dijemput gak? Aku anterin yuk?”
“Gak usah... yang jemput udah berangkat soalnya.” Jawabku sambil mengalihkan pandanganku kembali ke jalanan. “Kamu ngapain disini? Mau malem mingguan iya?” tanyaku menggodanya.
“Haha, malem mingguan sama siapa?”
“Pacarmu!”
“Kamu mau jadi pacar aku?” tanyanya.
“Hah? Canda? Jauh-jauh buat becandain orang doang, ya?” tanyaku dengan mata terbelalak menatapnya dengan wajahku yang berhiaskan senyum heran.
“Serius!” jawabnya mencoba meraih tanganku yang tak sempat aku tarik. “Aku tahu kita udah lama banget gak ketemu. Hmmm... mungkin ada setahun! Tapi itu gak bikin aku nyerah untuk dapetin kamu! Waktu aku tahu sepupu aku gak jadi nembak kamu karena dia minder, itu juga gak bikin aku ciut!”
“Terrrus?” selidikku sambil menarik tanganku.
“Iya, kamu mau gak jadi cewek aku?”
“Ril..kamu tuh? Salah minum obat ato kenapa?” tanyaku heran sambil menaikkan alis mataku.
“Rin.. aku tahu aku gak ganteng-ganteng amat. Tapi..”
“Aku gak butuh yang ganteng banget kok! Cukup enak dipandang! hehe...” ocehku sambil tersenyum kagum.
“Jadi?”
“Tapi dihatiku udah ada orang yang berarti banget buat aku dan sayangnya itu bukan kamu! Maaf?”
“Cowok kamu, Rin?” tanya pemuda itu miris.
“Aku lagi jomblo kali..!” sambarku cepat.
“Nah?”
“Tapi aku gak mau nyakitin kamu dengan nerima kamu, boongin perasaan aku, dan itu pasti sama aja sama ngebohongin kamu! Mending kita temenan aja kayak kemaren-kemaren?” kataku sambil kembali mengembangkan senyum mautku pada kalimat terakhir.
“Teeet...teeet...” suara klakson membuatku berpaling dari Aril dan memandang ke pinggir jalan.
“Bintang!” panggilku pada seseorang dengan sosok yang aku kenal sebagai Bintang, tampaknya sosok itu juga telah menemukan keberadaanku.
Ternyata dugaanku benar. Itu memang Bintang! Wah, kalau salah, pasti aku malu banget! Bintang membalas panggilanku dengan lambaian tangannya.
Aku segera pamit pada Aril yang sejak tadi mengobrol denganku.
“Banyak yang lebih baik dari Rintik, kok!” kataku kemudian aku berlari kecil ketempat Bintang dan motornya menungguku. Aku melambaikan tangan pada Aril yang kini raut wajahnya nampak bagitu pilu.
Aku segara naik keatas motor Bintang dan kami pun segera melesat ditengah hiruk pikuknya kendaraan di sabtu petang yang cerah ini.
***
“Hmmm.. gak apa-apakan kalo kamu pulangnya agak malem?” tanya Bintang tiba-tiba ketika kami tengah menunggu lampu lalulintas berubah warna menjadi hijau.
“Hah? Aku belom bilang sama ortu..!” sanggahku kaget.
“Tapi Bintang udah bilang kok!”
“Oh ya?”
“Coba aja telepon sekarang!” ujar Bintang.
“Aku gak punya pulsa telepon.... hehe...” Kataku tersipu.
“Nih, telepon gih.” Sahut Bintang sambil mengeluarkan hp dari dalam saku celananya seraya memberikannya padaku.
Ketika telepon genggamnya telah berada ditanganku dan lampu lalulintas belum juga menampakkan nyalanya yang berwarna hijau, aku segera memencet nomor telepon rumahku dan tanpa menunggu lama, mama yang berada di rumah segera mengangkat telepon dariku.
“Ma, teteh sama Bintang.”
“Oh, iya. Nanti pulangnya jangan terlalu malem ya! Tapi kalo sekarang mau jalan-jalan dulu, boleh kok! Bintang udah izin ke mama tadi.” Kata mama.
“Oh gitu iya, Ma? Ya udah.. dadah.. assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Jawab mama sambil menutup telpon tepat ketika Bintang mulai memutar gas yang membuatku sedikit terlonjak kebelakang. Kontan kami tertawa dalam terpaan angin senja.
Langit sore ini begitu jingga kemerahan. Suasana begitu hangat, padahal kami berpacu dalam kecepatan tinggi, melawan terpaan angin senja yang dingin.
“Bintang, kita mau kemana?” tanyaku tiba-tiba.
“Apaaaa...?” Bintang balik bertanya. Sepertinya deru angin membuat suaraku tidak terdengar jelas.
“Kita mau kemana sih?” tanyaku dan kini dengan setengah berteriak.
“Kalem neng. Kita mau ke.. ikut ajalah..! pasti dianterin pulang kok!” jawabnya sambil berbelok.
-to be continued-
Original created by Noona Luna (kucingselam)