Original created by Noona Luna (kucingselam)
Waktu telah
menunjukkan pukul lima sore. Latihan gitar pun selesai. Setelah berpamitan
dengan pembimbing dan teman-teman yang lain, aku segera menuju ke halaman depan
dan memutuskan untuk langsung pulang. Tapi tiba-tiba hpku berbunyi pertanda ada
telepon yang masuk, aku segera meraih hp yang berada di bagian depan tasku dan
mengangkatnya.
“Halo?”
“Rin..?”
“Iya, ini siapa
iya?” tanyaku bingung karena nomor yang menghubungiku ini sama sekali tak
kukenal.
“Ini Bintang,
Rin. Maaf iya, tadi siang tiba-tiba putus soalnya habis pulsa...”
“Oh, Bintang.
Kirain siapa? Soalnya nomornya gak kenal sih!”
“Rin gini, tadi
siang tuh aku mau bilang...”
“...”aku diam
dan hanya mendengarkan. Jantungku berdebar begitu kencang! Apakah gerangan yang
hendak Bintang sampaikan padaku? Kabar baikkah? Atau justru sebaliknya? Oh, aku
tak kuat menahan guncangan yang menyesakkan ini! Lalu aku berusaha menguatkan
hati untuk mendengarkan kata-kata selanjutnya yang hendak ia ucapkan.
“Hmm.. ya
udahlah. Kamu tunggu aja di sana iya?”
“Loh? Bintang,
aku sekarang lagi gak ada di rumah!”
“Iya, Bintang
tahu soalnya aku sekarang baru aja keluar dari halaman rumahmu.”
“Hah?” pekikku
kaget, aku kira dia mau bilang kalau dia gak bisa ketemu sama aku hari ini.
“Ya udah,
pokoknya kamu tunggu aja disitu sampai aku dateng, bentar lagi aku nyampe kok!”
“Emangnya kamu
tahu tempatnya?”
“Tahu. Pokoknya
tunggu aku iya, Rin?”
“Ok.” Jawabku
sambil senyum-senyum sendiri seraya memandangi jalanan yang dipenuhi kendaraan.
***
“Rin!” tiba-tiba
aku dengar suara yang terdengar familiar di telingaku.
“Ehh..” aku
berbalik menghadap ketempat sumber suara tadi berasal.
“Baru selesai
latihannya?”
“Enggak. Udah
dari tadi sih.”
“Kok belum
pulang? Dijemput gak? Aku anterin yuk?”
“Gak usah...
yang jemput udah berangkat soalnya.” Jawabku sambil mengalihkan pandanganku
kembali ke jalanan. “Kamu ngapain disini? Mau malem mingguan iya?” tanyaku
menggodanya.
“Haha, malem
mingguan sama siapa?”
“Pacarmu!”
“Kamu mau jadi
pacar aku?” tanyanya.
“Hah? Canda?
Jauh-jauh buat becandain orang doang, ya?” tanyaku dengan mata terbelalak
menatapnya dengan wajahku yang berhiaskan senyum heran.
“Serius!”
jawabnya mencoba meraih tanganku yang tak sempat aku tarik. “Aku tahu kita udah
lama banget gak ketemu. Hmmm... mungkin ada setahun! Tapi itu gak bikin aku
nyerah untuk dapetin kamu! Waktu aku tahu sepupu aku gak jadi nembak kamu
karena dia minder, itu juga gak bikin aku ciut!”
“Terrrus?”
selidikku sambil menarik tanganku.
“Iya, kamu mau
gak jadi cewek aku?”
“Ril..kamu tuh?
Salah minum obat ato kenapa?” tanyaku heran sambil menaikkan alis mataku.
“Rin.. aku tahu
aku gak ganteng-ganteng amat. Tapi..”
“Aku gak butuh
yang ganteng banget kok! Cukup enak dipandang! hehe...” ocehku sambil tersenyum
kagum.
“Jadi?”
“Tapi dihatiku
udah ada orang yang berarti banget buat aku dan sayangnya itu bukan kamu!
Maaf?”
“Cowok kamu,
Rin?” tanya pemuda itu miris.
“Aku lagi jomblo
kali..!” sambarku cepat.
“Nah?”
“Tapi aku gak
mau nyakitin kamu dengan nerima kamu, boongin perasaan aku, dan itu pasti sama
aja sama ngebohongin kamu! Mending kita temenan aja kayak kemaren-kemaren?”
kataku sambil kembali mengembangkan senyum mautku pada kalimat terakhir.
“Teeet...teeet...”
suara klakson membuatku berpaling dari Aril dan memandang ke pinggir jalan.
“Bintang!” panggilku
pada seseorang dengan sosok yang aku kenal sebagai Bintang, tampaknya sosok itu
juga telah menemukan keberadaanku.
Ternyata
dugaanku benar. Itu memang Bintang! Wah, kalau salah, pasti aku malu banget!
Bintang membalas panggilanku dengan lambaian tangannya.
Aku segera pamit
pada Aril yang sejak tadi mengobrol denganku.
“Banyak yang
lebih baik dari Rintik, kok!” kataku kemudian aku berlari kecil ketempat
Bintang dan motornya menungguku. Aku melambaikan tangan pada Aril yang kini
raut wajahnya nampak bagitu pilu.
Aku segara naik
keatas motor Bintang dan kami pun segera melesat ditengah hiruk pikuknya
kendaraan di sabtu petang yang cerah ini.
***
“Hmmm.. gak
apa-apakan kalo kamu pulangnya agak malem?” tanya Bintang tiba-tiba ketika kami
tengah menunggu lampu lalulintas berubah warna menjadi hijau.
“Hah? Aku belom
bilang sama ortu..!” sanggahku kaget.
“Tapi Bintang
udah bilang kok!”
“Oh ya?”
“Coba aja
telepon sekarang!” ujar Bintang.
“Aku gak punya
pulsa telepon.... hehe...” Kataku tersipu.
“Nih, telepon gih.”
Sahut Bintang sambil mengeluarkan hp dari dalam saku celananya seraya
memberikannya padaku.
Ketika telepon
genggamnya telah berada ditanganku dan lampu lalulintas belum juga menampakkan
nyalanya yang berwarna hijau, aku segera memencet nomor telepon rumahku dan
tanpa menunggu lama, mama yang berada di rumah segera mengangkat telepon
dariku.
“Ma, teteh sama
Bintang.”
“Oh, iya. Nanti
pulangnya jangan terlalu malem ya! Tapi kalo sekarang mau jalan-jalan dulu,
boleh kok! Bintang udah izin ke mama tadi.” Kata mama.
“Oh gitu iya,
Ma? Ya udah.. dadah.. assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Jawab mama sambil menutup telpon tepat ketika Bintang mulai memutar gas yang
membuatku sedikit terlonjak kebelakang. Kontan kami tertawa dalam terpaan angin
senja.
Langit sore ini
begitu jingga kemerahan. Suasana begitu hangat, padahal kami berpacu dalam
kecepatan tinggi, melawan terpaan angin senja yang dingin.
“Bintang, kita
mau kemana?” tanyaku tiba-tiba.
“Apaaaa...?”
Bintang balik bertanya. Sepertinya deru angin membuat suaraku tidak terdengar
jelas.
“Kita mau kemana
sih?” tanyaku dan kini dengan setengah berteriak.
“Kalem neng.
Kita mau ke.. ikut ajalah..! pasti dianterin pulang kok!” jawabnya sambil
berbelok.
-to be continued-
Original created by Noona Luna (kucingselam)